Cerita Anak Tentang Orang Tuanya

Ini yang harus selalu disadari. Bahwa beginilah kita apa adanya. Lalu ketika yang lain nampak begitu lebihnya, ya karena Tuhan telah menyebar rejeki pada tiap umatNya masing-masing. Mungkin kurangnya anak ini dia punya bakat gengsi tapi baiknya mentalnya cukup jujur. Kedua orangtua dan seluruh keluarganya telah menanam mental jujur sedalam-dalamnya. Semoga anak ini istiqomah sehingga hatinya selalu bersih untuk menutup gengsinya ini. Sebenarnya anak ini tidak pernah merasa lebih dari yang lain, kedua orangtuanya mendidiknya hidup selalu apa adanya dengan apa yang mereka miliki. Orang tuanya tidak akan mempersulit yang harusnya mudah tetapi juga tidak akan sebegitu memudahkan apa yang “tidak perlu”. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa anak ini memiliki mata untuk melihat, sering terbersit dipikiran anak ini, ”kenapa yang lain bisa memiliki banyak hal dengan begitu mudah sedangkan saya sulitnya setengah mati malah tak jarang terasa begitu mustahil. Kenapa mereka yang ada diposisi yang sama nampaknya begitu gemerlapnya sedangkan saya apa adanya.

Dyah lalu berbincang pada anak ini dan anak ini pun bercerita,” memang kadang perasaan atau pikiran seperti itu sering muncul. Wajarlah aku manusia, bukan dewa yang hatinya lapang tak terbendung. Engga jarang juga aku mengeluh habis-habisan dalam hati. Tapi satu hal yang aku selalu ingat dijaman yang penuh dengan aroma detergen uang bahwa orangtuaku banting tulang dengan keras tapi berusaha seistiqomah-istiqomah mungkin tidak menggigit daging orang lain apa lagi yang lebih lemah. Kata mereka jabatan adalah amanah Tuhan dan rezeki itu imbalan dari amanah yang telah mereka kerjakan. Mereka mengajarkan padaku bahwa tidak ada rasa bahagia dari pundi hasil menggigit orang lain yang lebih lemah dan selalu percaya pada Tuhan dan hanya meminta kepada Tuhan beserta usaha sebaik-baiknya. Maka aku begitu menghargai prinsip mereka ini dan alasanku untuk mengeluh terbantah. Aku tidak ingin merepotkan mereka lebih banyak lagi. Aku tidak ingin membuat mereka jadi tidak istiqomah dengan prinsip mereka agar anaknya ini senang. Dan selalu ku hentikan keluhanku dan kuganti dengan doa,” semoga mereka senantiasa selalu dilapangkan rezekinya dan senantiasa istiqomah untuk yang halal”.

Dyah yang mendengar cerita anak ini hanya dapat membalas dengan doa, ”amin dy! Semoga kamu pun senantiasa istiqomah pula untuk berfikir demikian dan menjadi yang sukses agar dapat membahagiakan mereka!

Pesan ku untukmu dy, selalu melihat keatas akan membuatmu patah leher, tengok lah ke bawah jika kamu sudah terlalu lama melihat ke atas supaya leher mu tetap bisa tegak

Tinggalkan komentar