Menulis Berenang

Sama dengan menulis, dyah suka berenang. Sama dengan menulis, dyah juga tidak pandai berenang. Sekedar ala kadar, tapi gemar. Sama dengan menulis, tidak mempesona tapi dyah tetap berenang. Karena menyenangkan, melegakan. Menulis. Berenang.

Menenggelamkan diri dilembar-lembar segala macam buku abu dan disegala macam kolam berenang. Byuurrr…jika diair berarti kedua tangan dan kaki bergerak, jika dilembaran buku abu berarti tangan bergerak bersama pulpen, kaki diam manis didekat meja. Tapi isi kepala tetap sama, mau menulis mau berenang. Ada cerita-cerita, mimpi-mimpi, khayalan, masalah beraduk sepanjang satu lap itu. Tiap lap nya punya topik masing-masing, kadang bisa berlanjut dilap berikutnya. Sama dengan menulis, tiap lembarnya juga punya topik masing-masing dan tidak jarang berlanjut dihalaman berikut-berikutnya.

Tidak peduli baik atau kurang kenampakannya, dyah tetap menulis dan tetap berenang. Karena paling tidak dyah menulis untuk dyah sendiri, dyah berenang untuk dyah sendiri. Tidak membebani untuk hebat tulisan dan berenangnya, karena membebani hal yang disenangi itu menjemukan. Makanya dyah juduli tulisan-coretan, berenang-bermain air. Tapi mimpi untuk hebat dari keduanya ya ada, siapa yang tidak ingin hebat dari apa yang disenanginya. Untuk menulis mungkin iya, tapi tidak muluk untuk berenang. Karena inginnya tetap jadi penulis, bukan atlet.

Satu jam bolak-balik lap, satu jam bolak-balik lembaran buku abu, satu jam semua topik bercampur aduk disana. Sekeluarnya dari kolam dan setelahnya menutup buku abu, keduanya sama-sama mengakhiri dengan melegakan. Entah apa yang tercerita tadi, entah apa yang terpikirkan tadi selalu berkesan enjoy dan menyenangakan. Sehingga tidak perlu hebat, untuk menulis dan berenang yang terutama adalah bagaimana menyenangkannya dari keduanya.

Tinggalkan komentar